Kamis, 03 Desember 2015

kota probolinggo

Budaya Khas Kota Probolinggo
          Budaya merupakan suatu hasil dari pola tingkah laku yang didapat di suatu daerah dan di sampaikan melalui berbagai macam bentuk oleh suatu daerah tersebut contohnya melalui kesenian, atau pun adat-istiadat dari kebiasaan yang sudah mendarah daging dan membentuk suatu kepribadian yang dilakukan individu maupun kelompok tertentu, maka kebudayaan dapat di katakan aset yang sangat peka dan wajib dimiliki oleh setiap daerah.
          kota Probolinggo memiliki beberapa budaya yang sudah ada sejak lama dan alhamdulillah masih di budayakan oleh orang-orang probolinggo yang biasanya dapat di jumpai pada saat pawai budaya dan acara-acara kebudayaan lainnya. kebudayaan Kota Probolinggo yaitu :

1. Jaran Bodhag dan Jaran Kencak



          Jaran Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain. Walaupun belum diketahui pada angka tahun berapa yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran Bodhag” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota Probolinggo, namun dari beberapa sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhag” diciptakan oleh orang-orang kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
          Satu lagi kebudayaan Kota Probolinggo yg masih tentang jaran adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut “Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
          Pada kalangan masyarakat bawah, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan. Terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri ) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran Bodhag”.
          Pada saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan. Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen (kesenian alat musik dari jawa). Jaran Bodhag dibawa oleh dua orang dengan sebutan janis dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti irama yang muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo.

2. Ludruk

          Ludruk merupakan satu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Lain halnya dengan kesenian ketoprak yang dalam penyajiannya menampilkan cerita legenda atau sejarah yang dikemas apik dengan memakai busana dan bahasa jawa, ludruk lebih mengedepankan cerita heroik dengan setting kebanyakan mengenai kehidupan masyarakat Jawa Timur.
          Ludruk tumbuh dan berkembang hampir di semua daerah di Jawa timur bagian timur, termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolinggo jelas memiliki perbedaan dibandingkan dengan ludruk-ludruk di Surabaya atau di daerah lainnya, yakni pada bahasa yang dipakai. Ludruk di Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Ngoko yang dicampur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan ataupun dialog para pemainnya. Walaupun dari segi bahasa yang dipakai berbeda, tetapi dalam hal pakem masih memiliki cerita yang sama. Hanya di beberapa bagian atau adegan diselipkan adegan tambahan yang bercirikan Probolinggo. Dan kesenian ludruk ini sering ditemui pada acara-acara hajatan.
          Ludruk adalah kesenian tradisi yang masih hidup di kota Probolinggo, kesenian peran yang bisa menggunakan segala bahasa, jawa, madura, Indonesia atau inggris sekalipun, juga enak dan pantas-pantas saja ketika menggunakan bahasa campuran.

3. Ojung
          Tradisi Ojung adalah tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang dimainkan oleh dua orang. Kedua peserta Ojung akan saling bergantian memukul tubuh lawannya. Jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar.
          Tradisi ini memang mirip dengan olahraga Pedang Hanggar, dimana warga diajak beradu teknik dan kemampuan saling memukul dengan menggunakan sebilah rotan. Terdapat aturan permainan dalam tradisi ini, yakni setiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing 3 kali. Bagi siapa yang banyak mengenai lawannya ketika memukul maka dialah yang menang.
          Tradisi ini memiliki tujuan untuk menghindari datangnya bencana alam atau tolak bala’ dan selalu diselenggarakan pada setiap tahun. Keunikan lainnya dari tradisi ini adalah sebelum acara dimulai, warga selalu melakukan ritual terlebih dahulu berupa permohonan do’a kepada yang Maha Kuasa, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tanpa ganjalan yang tidak diinginkan.

4.Keraban Sapi Brujul
          Karapan Sapi Brujul sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya. Kemudian dikembangkan menjadi perlombaan yang diadakan pada setiap musim tanam padi tiba. Karapan Sapi Brujul ini dilaksanakan di area persawahan.
          Setiap sapi yang memenangkan perlombaan Karapan Sapi Brujul, dapat dipastikan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini sampai mengeluarkan biaya yang cukup besar.
          Karena antusias masyarakat yang cukup besar, Karapan Sapi Brujul ini dijadikan sebagai obyek wisata kota Probolinggo. Sekarang ini perlombaan ter-sebut tidak lagi dilaksanakan pada musim tanam padi saja, namun di luar musim tersebut juga sering diselenggarakan.

5. Karapan Kambing
          Karapan Kambing, sebenarnya bermula dari sekedar menjadi obat kejenuhan dalam keseharian setelah menjalani kewajiban sebagai petani atau pedagang. Karapan Kambing ini merupakan perlombaan yang digelar setiap satu tahun sekali.
          Sama seperti halnya karapan sapi, kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), lalu kemudian diadu kecepatan dengan lawan pasangan lainnya. Dalam Karapan Kambing, kambing-kambing yang dilombakan tidak dibedakan berdasarkan ukurannya baik besar atau kecil. Semua kambing yang diperlombakan adalah kambing dengan jenis kelamin betina.
          Ketika berada di arena perlombaan, kambing-kambing ini dilengkapi dengan beberapa peralatan. Beberapa peralatan yang digunakan diantaranya adalah jepitan telinga kambing, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat dari keleng kecil biasanya bekas dari korek api. Dan peralatan yang terpenting sebenarnya adalah balsam dan minyak angin. Karena pada beberapa bagian tubuh kambing akan dilumuri balsem dan minyak angin sehingga kambing tersebut akan merasakan kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.
          Ciri dari kambing karapan yang bagus terletak pada bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan seperti nungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak. Postur yang demikian sering menjadi pemenang dalam perlombaan karapan kambing ini.

6. Petik Laut
          Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun. Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
          Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.

7. Perahu Hias
          Lomba Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.

Kota Probolinggo juuga memiliki makanan khas yang berbeda dari daerah lain, dari rasanya, cara memasaknya, bahannya bahkan tempatnya pula. Makanan Khas Kota Probolinggo yaitu :

1. Soto Kraksaan Khas Probolinggo
          Makanan khas probolinggo yang pertama adalah soto kraksaan, yang menjadikan khasnya soto ini adalah bahan bumbunya yang berbeda pada umumnya, bahan daging ayam yang dipakai adalah ayam jantan dengan bumbu santan yang dilengkapi dengan serbuk kelapa yang disangrai, sebagai pelengkap Soto Kraksaan ini dilengkapi dengan irisan kentang yang di kukus di tambahkan kerupuk udang sebagai pelengkap.

2. Nasi Glepungan Khas Probolinggo
          Makanan khas probolingo yang ke dua adalah nasi glepungan, nasi ini dalam penyajianya terdapat lauk yang tradisional, dengan ragam olahan tradisional ada Ikan Asin, tempe dan tahu penyet, Lalapan, Sambel pedas, Nasi glepungan (Sari-sari jagung), smua di taruh di atas nasi dan siap untuk di santap.

3. Kepiting Olok Khas Probolinggo
          Makanan Khas Probolinggo yang ke tiga adalah kepiting Olok, olok sendiri merupakan kepiting muda yang terdapar di pantai. untuk di jadikanya makanan khas kepiting muda ini diolah dan diberi campuran udang dan bumbu khas. yang kemudian dimasukkan lagi ke dalam cangkang kepiting yang berukuran besar. kepiting ini rasanya gurih karena kepiting ini kpiting muda.

4. Ketan Ketarok Khas Probolinggo
          Makanan khas probolinggo yang ke empat adalah Ketan Ketarok, Kratok sendiri merupakan sejenis kacang koro, Kratok ini biasanya dimasak menjadi sayur lodeh atau dicampur dengan ketan. Dalam penyajiannya ketan kratok ditaburi dengan parutan kelapa dan juga cairan gula merah mungkin kalau di tempat lain bisa di sebut juruh. Ketan Kratok ini mempunyai rasa yang gurih sedikit asin juga ada manisnya karena ada gula merah yang akan membius lidah anda.

Ciri Khas dari Kota Probolinggo

Kota Probolinggo memiliki ciri khas dengan namanya yang unik yaitu BAGA. BAGA sendiri  pada kamus bahasa sansekerta mempunyai arti “Orang yang Kuat dan Teguh” sesuai dengan ciri khas masyarakat Kota Probolinggo yang kuat dan teguh memegang prinsip-prinsip kehidupan sebagai orang timur, dan “BAGA” merupakan singkatan dari BAYUANGGA. BAYUANGGA adalah nama akronim yang mewakili ciri khas Kota Probolinggo yaitu angin, anggur, dan mangga yang dijelaskan di dalam visi pada pasal 4 bab III peraturan Pemerintah Daerah Kota Probolinggo nomor 2 tahun 2006. “BAGA” menggambarkan sosok masyarakat Kota Probolinggo yang berwawasan dan kepribadian BESTARI (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah). Bagian kepala terdapat satu helai rambut (dalam bentuk daun anggur) yang berdiri seperti hembusan angin di Kota Probolinggo dan dengan khas songkok jawa timur yang digunakan menandakan ciri khas masyarakat Kota Probolinggo. Maskot menggunakan pakaian berupa kaos dengan gambar logo Kota Probolinggo untuk mengenalkan diri dan menempatkan nama BAYUANGGA pada hati masyarakat. “BAGA” melambangkan sebagai penjaga dan penyeimbang keharmonisan di Kota Probolinggo.
Tentang Maskot BAGA
          Bagian kepala terdapat satu helai rambut dari daun anggur, daun anggur yang berdiri seperti hembusan angin di Kota Probolinggo, udeng (ikat kepala) khas Jawa Timur yang digunakan menandakan ciri khas masyarakat Kota Probolinggo, maskot menggunakan pakaian berupa kaos dengan gambar logo Kota Probolinggo untuk mengenalkan diri dan menempatkan nama Bayuangga pada hati masyarakat, maskot berupa maskot yang ramah dan bersahaja, daun mangga dalam bentuk sayap, kedua tangan terbuka melambangkan bahwa Kota Probolinggo siap dan terbuka terhadap perubahan melalui budaya khas pendalungan, "BAGA” merujuk pada kamus bahasa Sansekerta bahwa mempunyai arti Orang Yang Kuat dan Teguh sesuai ciri khas masyarakat Kota Probolinggo yang kuat dan teguh memegang prinsip-prinsip kehidupan sebagai orang timur,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar